Selasa, 27 November 2012

mimpi?


Kita dikejar oleh ingin kita sendiri, menciptakan putaran ingin yang tak terpenuhi karena standar yang terlalu tinggi. Atau kita terlalu buta untuk melihat sekitar kita? Hingga kita hanya melihat apa yang ada nun jauh disana.

Hei, lihatlah sekelilingmu ada taman bunga, ada kupu-kupu yang mengajakmu bercanda. Lihat ke kanan, tengok ke kiri, ada yang menarik disini.

Tidak, taman bunga ini bukan yang kumau, aku mau yang ada banyak mawarnya, mawar merah merekah, bukan bunga bakung  yang terpercik lumpur.

Hei, ada kelinci mengajakmu bermain, lihat bulunya yang putih, pasti sangat lembut kalau kau pegang..
Tidak, aku ingin merpati di taman bungaku nanti, bukan kelinci..

Begitu seterusnya sampai  taman mu tak terlihat lagi, dan yang kau lalui tertinggal dibelakang tanpa bisa kau kembali..

Bisakah kita berhenti sejenak disini? Bisakah? Bisakah aku memegang kelinci tanpa harus kehilangan merpati? Bisakah kumiliki taman bakung tanpa kehilangan mawarku? Bisakah?

Kamis, 18 Oktober 2012

Taman Bunga Nusantara

Aku baru mendengar nama Taman Bunga Nusantara beberapa waktu lalu ketika temanku mengajakku mengisi hari Minggu dengan berwisata ke taman bunga yang terletak di Kota Bogor itu. Karena sebelumnya aku sudah berjanji untuk ikut acara kumpul-kumpul bareng mereka, tanpa ragu aku langsung menerima tawaran mereka, walau sebenarnya aku menyangsikan juga apakah tempat yang akan kami kunjungi ini adalah tempat yang bagus, mengingat belum pernah kudengar sebelumnya mengenai tempat wisata yang mengusung tema taman bunga di Indonesia ini. Akhirnya Waktu kunjungan pun kami tentukan, dan ternyata cukup banyak yang berminat, sekitar sebelas orang.

Minggu 14 Oktober 2012, kami berjanji bertemu di Stasiun Kota pagi pukul 06.30 WIB untuk kemudian mengambil Commuter Line menuju Bogor. Saat itu sudah ada empat anak yang rencananya akan berangkat dari St. Kota. Kami akhirnya berkumpul pukul 7.00 WIB, sedikit terlambat dari janji kami, dan mendapat tiket kereta pukul 7.30 WIB. Beberapa teman kami telah menuju Bogor dengan kereta lain, dan beberapa teman menanti di stasiun yang lebih dekat dari tempat mereka tinggal. Pukul 08.45 WIB bersebelas kami sudah berkumpul di St. Bogor.

Beberapa teman berinisiatif untuk sarapan terlebih dahulu, sementara yang lain memilih untuk sarapan ditempat wisata, toh ada snack untuk mengganjal perut. Pukul 9.00 diputuskan untuk memulai perjalanan kami. Angkot telah disewa, muat untuk kami bersebelas. sebelum berangkat kami hanya berharap bahwa perjalanan tidak tersendat dan lancar sampai tujuan.

Taman Bunga Nusantara terletak di Cipanas, melewati Puncak Pas. Berhubung hari itu hari Minggu, jalanan lumayan padat, bahkan macet di beberapa tempat. Kami tidak bisa menikmati pemandangan sepanjang perjalanan, karena kondisi angkutan yang sedikit berdesakan. Hanya obrolan dan guyonan yang pecah meramaikan suasana kala itu. Pukul 11.30 WIB kami baru tiba di tempat wisata. Sebuah perjalanan yang panjang yang membuat perut kelaparan bagi kami yang belum sarapan. Kami langsung memutuskan untuk segera masuk ke dalam dan melihat pemandangan. Tiket masuk Rp 25.000,- cukup terjangkau.

Teman yang kelaparan mencoba mencari warung makan, tapi ternyata tak banyak ditemukan tempat makan di sekitar tempat wisata. Kami hanya menemukan kios Hotdog  dan beberapa penjual I Pop Mie serta makanan kecil, tidak ada Warung Nasi. Tempat ini memang di setting untuk tempat piknik, jadi akan lebih bijak bila kita membawa sendiri bekal makanan saat berkunjung ke taman ini (pendapat pribadi).

Petualangan kami menjelajahi taman ini diawali setelah kami sholat Dhuhur. Dimulai dari Taman Jepang. Sepetak lahan yang disulap menjadi taman dengan pepohonan bonsai dan danau kecil di tengahnya ini membuat kita serasa di Jepang. Sungguh apik. Setiap jengkalnya ingin kami abadikan dengan kamera.


Taman kedua adalah Taman Perancis. Yang ini tak kalah seru, bunga-bunga ditata sedemikian rupa hingga mirip taman-taman kota di Perancis. Indah. Lalu selanjutnya ada Taman Mawar. Bogor memang tempat yang tepat untuk menanam bunga, karena hawanya yang dingin dan curah hujan yang tinggi, bunga mawar ini mampu mekar sepanjang hari. Mawar-mawar ini dikumpulkan menurut warna dan juga jenisnya. Tertata dengan indah sepanjang mata memandang.

Iseng-iseng kemudian kami mencoba labirin. Labirin dengan dipagari tanaman setinggi dua meter ini cukup membuat kami kewalahan juga. Karena ternyata ujung labirin tak juga kami temukan. Kami pun hanya berputar-putar mengelilingi labirin, capek. Kelegaan begitu terasa ketika kami berhasil keluar dari sana. :D

Lalu yang paling berkesan adalah Pojok Dahlia. Bunga dahlia berbagai warna bermekaran dan membentuk taman dahlia yang nyaman. Bahkan teman kami tidur rebahan di sela-sela tumbuhan. Sangat menyenangkan.

Ada beberapa kavling lain yang juga tak kalah seru, ada arena bermain dimana ada danau untuk naik boat, ada yang menyewakan kuda, kereta yang mengelilingi taman, permainan Gokar dan ATV. Juga ada taman palem, yang ditumbuhi berbagai jenis pohon palem. Ada rumah kaca yang ditumbuhi beberapa bunga. Ada menara yang dari sana bisa melihat keseluruhan taman. Sangat seru.

Taman ini memang sangat luas, dan ditata dengan baik. Kebersihan taman selalu terjaga, mengingat sepanjang perjalanan beberapa kali kami dilesati oleh mobil pick up yang mengambil sampah2 yang ditinggal pengunjung. Selama mengelilingi taman kita juga tak akan merasa bosan, karena di kiri dan kanan jalan ditanami dengan bunga berwarna-warni dan pohon yang yang ditata rapi. Beberapa titik juga sangat lapang untuk menggelar tikar dan piknik bersama keluarga. Bagi yang tak ingin capek dengan berjalan kaki, tersedia angkutan “Wira Wiri” yang mengangkut pengunjung berkeliling taman.


Pukul 15.00 WIB kami selesai mengelilingi taman. Kami pulang ke setelah sholat ashar. Capek memang, tapi menyenangkan, apalagi pergi bersama teman-teman. :D 






Love is Simple

Seorang teman selalu mengingatkanku akan hal itu. Love is Simple. tapi entah mengapa semakin ku memikirkan, semakin aku berusaha membuatnya simple, maka semakin rumit kurasa.

Selama ini kubiarkan hatiku memilih, siapapun, apapun, bagaimanapun orang itu. Aku memberinya keleluasaan untuk menunjuk yang ia suka, dan sebagai kompensasinya, aku akan melakukan apapun yang membuat dia nyaman dan mulai menyadari akan hadirku. Aku berusaha untuk memperhatikannya, memperlakukannya dengan spesial, dan apapun itulah. I just wanna show him that I love him. Then what? Setelah ia tahu aku terjatuh untuknya, dia malah menjauh. Apa aku telah berlebihan dalam memberikan perhatian? Apa ia tak mengerti apa yang kurasakan dengan dia menjauh dari ku? Dengan dia menolak cintaku?

Pertanyaan ini baru terjawab setelah beberapa kali ternyata aku juga mengalami situasi mirip dengannya. Aku dengan tega menolak orang yang menyatakan cinta padaku. Aku bahkan tak mempertimbangkan perhatiannya untukku untuk dengan tegas menolaknya. Saat itu aku merasa bersalah untuk menyakiti hatinya, tapi kemudian aku berfikir, mungkin dengan aku menolaknya aku malah berbuat sebaliknya. Aku telah menyelamatkannya dari derita "galau" sepanjang penantiannya. Aku telah menghindarkannya dari terus-menerus mengharap akan ada aku di masa depannya. Dan aku telah menyelamatkan diriku sendiri dari derita kepura-puraan bahwa aku menyukainya. Benar, derita berkepanjangan itu lebih menyakitkan dari pada hanya sekedar ditolak cintamu.

Mungkin sebagian orang menganggap "cinta tak harus memiliki", tapi aku tak peduli dengan itu. Bagiku, itu tak berlaku. Kau baru akan menikmati indahnya cinta bila kau bersama. Cinta yang tak bisa memiliki bukan cinta, itu rasa sayang, rasa suka, dan perhatian.
Maka rumus temanku tentang "Love is Simple" mulai kuberlakukan. Cintailah orang yang bisa kau miliki.
Dan saya masih mencari.

Kamis, 04 Oktober 2012

Bergeserlah Sedikit

Pagi ini busway yang kutumpangi lumayan penuh, hingga aku dan Maya hanya mampu berdiri di depan pintu, tak bisa masuk ke dalam. Tapi begitu berhenti di halte selanjutnya, beberapa penumpang turun, Maya mampu bergeser ke tengah, dan aku tetap berdiri di depan pintu. Posisi itu terus berlanjut sampai aku turun di halte aku biasa turun. Walaupun Maya memintaku masuk ke tengah, aku tetap pada posisiku, di depan pintu, dan terhimpit dengan tangan berpegangan pada tali yang memang untuk berpegangan. Alasanku tak mau berpindah adalah aku sudah dekat dengan halte dimana aku akan turun, dan aku tak mau berdesak-desakan mencoba masuk ke tengah, dan berdesak-desakan lagi menuju pintu untuk turun. Alasan lain adalah aku sudah nyaman dengan tempatku sekarang, walau harus berhimpitan, tapi aku dapat tumpuan.

Dari kejadian itu aku berfikir, sungguh aku ini orang yang gak mau berpindah kalau keluar dari zona aman. Senyaman apapun Zona lain yang ditawarkan, kalau aku sudah nyaman dengan apa yang kupunya sekarang, pasti aku tak akan berpindah. Dan memang seseorang mau berpindah atau move on  itu ada 3 syarat "tahu, mau, dan mampu". Tiga syarat ini tidak terpenuhi, maka orang itu tentu tak akan berpindah atau bergerak. Untuk kasus ku di atas, aku tahu dan mampu, tapi aku tak mau. dan memang "mau" mengambil komposisi yang paling besar dari 3 syarat itu. Dan sebenarnya, the power of will merupakan kekuatan yang paling besar yang mampu menggerakkan kita.

Jadi, saranku, jangan lagi menggunakan motto "do what you wanna do!" tapi beeralihlah dengan "do what you never wanna do!"  Banyak mencoba hal baru itu perlu....

Di Ambang Sore















Bulan sepuluh tahun ini,
dan entah apa yang kulakukan dan tiba-tiba sepuluh sudah menjelang
terlalu senja untuk tersadar karena batasku adalah dua belas
pertama mungkin aku mulai menyusun rencana
kedua rencana mulai terealisasi
ketiga, mulai ada perubahan
keempat, entah kenapa mulai bosan,
kelima bertanya-tanya apa yang harus kulakukan,
keenam tetap stagnan
ketujuh, benar-benar tidak ada rencana yang berjalan,
kedelapan mulai berpikir tentang liburan
sembilan tersentak dengan ujian 
dan sepuluh, menyesal dengan hasil yang ku dapatkan
"tidak memuaskan"
sisa dua, mungkin waktunya bersenang-senang...

tidak ada yang berubah, begitu siklusnya
dan senja ini tetiba teringat semua..
sudah terlambatkah?
dua empat dan merasa belum sempat berbuat?
percuma bilang percuma, coba lakukan saja
tidak ada kata tidak

Rabu, 26 September 2012

Setangkai Mawar Kering

Bunga ini adalah bunga pertama yang kuperoleh, bukan kubeli, seseorang mamberikannya kepadaku, seorang Tukang Bunga. Waktu itu ada acara di Kantor, acara pisah sambut pegawai yang pindah, dan sebagai kenang-kenangan untuk teman kami yang pindah, kami berinisiatif memberikan karangan bunnga. Agar apa yang kami berikan lebih terasa di hati penerimanya, maka kami putusakan memberikan karangan bunga mawar merah segar. Kebetulan saat itu aku diminta membantu mencari karangan bunga itu.
Ada Tukang Bunga di dekat kosan ku, kami memesan 2 karangan bunga mawar merah, dan berhubung pesanan kami lumayan banyak, aku iseng minta bonus, dapatlah aku setangkai mawar putih ini.
Walau cuma setangkai mawar, tapi beneran deh, ini pertama kalinya aku dapat bunga (gak beli), apalagi bunganya mawar putih...
Sayang sungguh sayang, bunga mawar ini tidak tahan lama, dia layu sampainya di kosan, karena tidak tersentuh air mungkin ya. Jadilah mawar itu kugantung terbalik  di jendela. Setelah dua minggu mawar itu sudah kering sempurna, dan ternyata warnanya tetap cantik. Malah awet. I took a picture of it.. lovely ^__^