Kita dikejar oleh ingin kita sendiri, menciptakan putaran
ingin yang tak terpenuhi karena standar yang terlalu tinggi. Atau kita terlalu
buta untuk melihat sekitar kita? Hingga kita hanya melihat apa yang ada nun
jauh disana.
Hei, lihatlah sekelilingmu ada taman bunga, ada kupu-kupu
yang mengajakmu bercanda. Lihat ke kanan, tengok ke kiri, ada yang menarik
disini.
Tidak, taman bunga ini bukan yang kumau, aku mau yang ada
banyak mawarnya, mawar merah merekah, bukan bunga bakung yang terpercik lumpur.
Hei, ada kelinci mengajakmu bermain, lihat bulunya yang
putih, pasti sangat lembut kalau kau pegang..
Tidak, aku ingin merpati di taman bungaku nanti, bukan
kelinci..
Begitu seterusnya sampai
taman mu tak terlihat lagi, dan yang kau lalui tertinggal dibelakang
tanpa bisa kau kembali..
Bisakah kita berhenti sejenak disini? Bisakah? Bisakah aku
memegang kelinci tanpa harus kehilangan merpati? Bisakah kumiliki taman bakung
tanpa kehilangan mawarku? Bisakah?